Jumat, 18 Maret 2011

Syukur




Sore ini aku jadwal piket jaga kapal di pelabuhan Trisakti, ya meskipun aga telat sedikit ku tetep bisa inspeksi isi perut KM Marina Nusantara. Tidak ada yang mencurigakan... aman, Alhamdulillah.
Hmmmm... satu lagi kapal yang harus di tunggu KM Gerbang Samudra, masih cukup lama masih sempat untuk berkeliling jalan sebentar atau ngobrol2 ma orang2 di pelabuhan.
Namun aku dan kedua temenku RI dan MY memutuskan jalan sebentar cari “pentol” sejenis makanan yang terbuat dari tepung tapioka, tepung terigu dan cincangan daging yang di bentuk bulat-bulat dan di kukus atau dalam bahasa lain di kenal dengan “cilok” atau “baso tusuk”.
Tujuan pertama kami menyusuri Jl. Sutoyo S siapa tau paman yang jualan pentol ini kami temukan di jalan ini, hingga hampir sampe di kantor tempat kami bekerja ternyata tak satupun penjual pentol kami temukan, kami pun putar balik menuju kembali ke arah pelabuhan dan menyusuri jalanan pelabuhan hingga ke area peti kemas.
Tepat di depan kantor Tiki di situlah kami temukan sesosok penjual pentol sama gerobak dan satu orang penikmat pentol yang dengan lahapnya memangsa pentol. Hmmmmmm....
Tak pikir lama kami pun masuk halaman kantor tersebut, melihat kami masuk ke tempat itu seorang penikmat pentol itu pun segera menyelesaikan santapannya dan kemudian masuk ke kantor Tiki, malu kali ada 1 orang cakep dan 2 orang cantik masuk wekekekekekekek...
Kami bertiga langsung serbu dandang isi pentol tersebut, kami pun terlibat perbincangan dengan penjual pentol tersebut.

Perbincangan cukup seru, kami terlibat perbincangan masalah pekerjaan, karena pada saat itu kami masih memakai seragam dinas lengkap dengan segala atributnya yang tampak gagah heheheheheheheheheheh...
Dia menganggap enak kami sudah jadi pegawai, saya bialng aja “kebun tetangga selalu terlihat lebih hijau dari pada kebun kita sendiri, mas bisa bilang seperti itu karena mas belum merasakan gimana rasanya jadi pegawai”.
Dia menjawab “Tapi enak mas tiap bulan dapet gaji”
“Akhir bulan kering lagi” saya menimpalinya.
“mas kalo jualan pentol hari itu dapet lima puluh ribu, bisa langsug di pakai, nah kalo kami harus nunggu satu bulan dulu” “saya punya temen S1 di Barabai jualan pentol juga, saya ajak dia kerja dia gak mau malah memilih jualan pentol, dia sekarang dah punya mobil lho...” temanku pun menimpalinya.
“iya mas syukuri aja apa yang ada” tandasnya.
Saya pun menimpalinya “yang penting halal, kenapa mesti malu”
Cerita pun terus berlanjut dan ternyata dia adalah seorang mahasiswa dari fakultas hukum perguruan tinggi swasta di Jawa, istrinya baru menyelesaikan studi, S1 pendidikan, dia sempat menunjukkan kartu mahasiswa nya kepada saya. Dia bilang selesaikan satu-satu dulu. Aku salut, terharu ternyata ada orang yang untuk menghidupi keluarga dan membiayai pendidikannya harus berjuang di tanah kalimantan dengan mendorong gerobak pentol, dengan semangat tanpa rasa malu. Terimakasih mang aku dapat pelajaran berharga di sore ini.

Fabiayyi Aalaai Rabiikumaa Tukadzdzibaan....
Apakah pernah tersirat di benak kita, kita harus berjuang seperti itu untuk menempuh, menikmati dunia pendidikan hingga mengantarkan kita seperti ini?

Selesai makan kami pun beranjak dan kembali ke pelabuhan. Sesampainya di pelabuhan dan memarkir motor saya pun gneloyor menuju kursi yang di situ ada seorang petugas dari KM Gerbang Samudra, dan kami pun mengobrol mulai dari berkenalan dan akhirnya terlibat perbincangan tentang pekerjaan masing2, dia merasa gak betah di tempatkan di Banjarmasin alasan nya lucu karena sulit makan nasinya gak cocok saya pun ketawa geli mendengarnya, maklum lah di Banjarmasin nasinya yang cukup sulit di pegang gak seperti nasi jawa yang pulen.
Saya bilang saja ke dia Saya bersyukur di tempatkan di Banjarmasin, karena di banding dulu ketika saya kerja di sampit, Banjarmasin jauh lebih baik dari pada Sampit. “Wajar mas, mas masih baru di sini belum terbiasa, saya pun dulu begitu, tapi sekarang dah terbiasa” saya mencoba menyemangatinya, maklum dia baru saja 2 bulan di tempatkan di sini, jadi masih dalam masa penyesuaian. Tak lama waktu kami pun bercengkrama karena ternyata di belakang kapal dah hampir sandar saya pun berpamitan tuk melanjutkan tugas.

Ya memang apapun yang kita dapet ternyata tergantung cara kita menyikapinya dan cara kita mensyukurinya.
Mudah-mudahan kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bersyukur.

Banjarmasin 18 Maret 2011 Senja hari di sela-sela tugas jaga

2 komentar:

ariefcute mengatakan...

wah..mantep mas postingannya.jadi agak terbantu juga nih...

dehid mengatakan...

Alhamdulillaah... mudah2an membawa manfaat bagi semua