Adalah sebuah blog yang menguraikan sisi lain dari kisah perjalanan hidup seorang Deni Hidayat
Senin, 13 Juni 2011
Sepenggal Episod...
Sebut saja si A namanya, dia terlahir dari sebuah keluarga yang sederhana, bersahaja, dari sebuah kampung di kaki gunung, dari sebuah desa yang mempesona. Dia di besarkan dilingkungan yang cukup religi, di keluarga yang cukup disiplin meskipun dari kalangan pendidikan yang minim, berkat kegigihan ibunya dalam mendidiknya dia cukup mejadi kebanggaan orang tuanya dan gurunya di sekolah, dari keyakinannya dia berangkat pergi meninggalkan kampung halamannya untuk mengenyam pendidikan yang lebih baik dengan harapan bisa mengangkat derajat keluarganya. Meskipun orang-orang di kampungnya kadang mencibirnya, memandangnya sebelah mata, maklum di kampung tersebut yang dilihat bukan tingginya pendidikan, gelar dibelakang nama yang di sandangnya, tapi seberapa banyak kekayaan yang di miliki, seberapa luas sawah yang dipunyai, seberapa banyak kendaraan yang ditunggangi, tapi alhamdulillah dia dilahirkan dari orang tua yang berbeda prinsip dengan kebanyakan orang di kampungnya. Entah karena pembelaan atau pembenaran dari kondisi ekonomi yang pas-pasan, yang untuk pendidikan itu pun bukan karena modal punya duit atau tabungan, hanya bermodal usaha baru kecil-kecilan dan keyakinan. Keyakinan bahwa setiap makhluk dilahirkan pasti dengan rizki yang menyertainya, yang telah Allah tetapkan dalam buku di lauhil mahfudz Nya.
Ya... akhirnya si anak itu pun berhasil lulus dengan predikat “sangat memuaskan” dari sebuah perguruan tinggi yang cukup ternama di negri itu. Dia berhasil membuat orang tuanya bangga, menangis bahagia, haru menyelimuti saat nama anaknya di panggil dengan mengenakan toga, tak tergambar kebanggaan yang muncul di raut wajah mereka, saat ayahnya melambaikan tangannya saat anakya memasuki ruangan penganugrahan gelar yang akan melekat di belakang namanya.
Kini saatnya membalas budi baik orang tuanya, diapun pergi meninggalkan kampung halaman meninggalkan keluarga yang sangat menyayanginya dan disayanginya.
Berbekal selembar Ijazah yang dia dapatkan dari sebuah perguruan tinggi di negrinya dan ilmu yang dimiliknya, dia mencoba peruntungan rezeki yang Allah tebarkan di muka bumi Nya dan Dia turunkan dari langit Nya. Tanpa sanak saudara hanya berbekal pertemanan dan kepercayaan terhadap temen-temennya dia berangkat ke suatu pulau yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya bahkan memimpikannya pun tidak pernah.
Hari demi hari dilewatinya dengan penuh susah payah bahkan hampir menyerah, hampir lari dari kenyataan, menghadapi dunia yang bener-bener asing, sangat berbeda dengan apa yang dibayangkannya sebelum ia injakkan kakinya di tanah itu. Dunia nyata yang begitu keras, bertarung dengan alam, dengan manusia-manusia denan berbagai model sifat, perangai dan perilaku.
Hanya persabatan dan kepercayaan terhadap sahabat-sahabatnya saja yang menjadikannya tegar menghadapi semuanya. Saling mendukung, saling menguatkan, itulah yang tercipta selama hidup di tanah asing itu.
Sebagai anak tertua di keluarganya tentulah ia menjadi tulang punggung kedua di keluarganya setelah ayahnya, ayah ibunya yang semakin tua selalu merindukan kepulangannya meskipun harapan itu kadang menjadi harapan kosong bagi mereka, anaknya yang ditunggu-tunggunya tak kunjung jua datang, beberapa lebaran yang dilewatinya tana didampingi putranya yang selalu dinantikannya. Ya... hanya sebuah harapan yagi di mimpikan oleh si sulung itu, orang tuanya tiada kesusahan, adik-adiknya mndapatkan pendidikan yang layak, ya meskipun mungkin harus menunda dan terus menunda impiannya, keinginannya, cita-citanya, apa yang menjadi impian orang seusianya.
Tobe cont...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar